Bencana
akibat kecerobohan dan sekedar mengejar keuntungan ekonomi jangka pendek
sebetulnya telah terjadi sejak lama dan bahkan sejak awal peradaban manusia.
Sebagai contoh: punahnya manusia purba di Mesopotamia diyakini oleh para ahli
karena lingkungan hidup yang rusak , penyakit minamata dan itai-itai di Jepang
tahun 1950-an akibat pencemaran air di teluk Minamata karena limbah industri/
pertambangan yang mengandung air raksa (Hg) dan cadmium (Cd), meluasnya
penyakit malaria seiring meluasnya penggunaan pestisida. Pada awalnya kesadaran
untuk menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup hanya terbatas pada
negara-negara industri yang di satu sisi menghasilkan keuntungan ekonomi tetapi
di sisi lain ternyata industri juga menghasilkan limbah yang sangat merugikan
bagi kesehatan dan keselamatan manusia. Limbah yang merugikan bagi kehidupan
manusia tidak hanya berasal dari industri tetapi juga dari rumah tangga.
Semakin tinggi tingkat kepadatan penduduk potensi pencemaran akibat limbah
rumah tangga semakin tinggi. Hal ini dipicu oleh pengerukan sumber daya alam
oleh berbagai oknum yang berujung pada peningkatan kesejahteraan hidup
segelintir orang.
Menurut saya, masalah kependudukan di Indonesia pada masa kini tidak lagi seperti dahulu dengan anggapan bahwa banyak anak banyak rejeki. Keluarga modern menyadari bahwa anak adalah anugrah yang harus dijaga dan dirawat, sehingga lebih baik memiliki 1 atau 2 orang anak dibandingkan dengan banyak anak. Kesadaran ini perlu didukung agar mengispirasi kelurga yang lain sehingga masalah kependudukan dapat terbendung.
Kependudukan (Tanggapan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar